Pondok pesantren Raudhatul Qur'an Kauman, Kota Semarang merupakan pondok pesantren yang meluluskan para penghafal Alquran sejak tahun 1950-an. Letak pesantren ini berada di dekat Masjid Agung Semarang, menjadikannya kental akan suasana Islami.
Prioritas kurikulum yang ada di pesantren ini adalah menghafal Alquran. Sebagai pondok pesantren salaf (tradisional), santri yang menetap di asrama tidak diperbolehkan melakukan kegiatan rutin selain mengaji Alquran dan kitab-kitab klasik.
Santri yang menetap tidak diperbolehkan sekolah, kuliah, ataupun bekerja. Meski begitu, pesantren
menyediakan pendidikan keterampilan yang bermanfaat sebagai bekal hidup seperti menjahit, beternak, dan sejumlah ketrampilan lain.
Para santri harus setor hafalannya kepada para ustad tiga kali sehari. Mereka menghafal langsung di depan guru, yang disebut sistem sorogan.
Waktu yang diberikan kepada santri tidak banyak untuk menghapal Alquran, yaitu sekitar 3-4 tahun. Setelah lulus, para santri biasanya melanjutkan pendidikan formal atau mengamalkan ilmunya di kampung halamannya.
Standar pendidikan di pesantren ini terbilang ketat. Hanya kepada santri-santri yang bagus bacaannya yang mendapat ijazah dan menyandang titel Al-Hafidz.
Pesantren yang didirikan oleh KH Abdullah pada 1943 ini awalnya tak memiliki asrama. Para santri tinggal di tanah-tanah wakaf yang berada di beberapa lokasi terpisah yaitu Asrama Raudhatul Quran di Kampung Glondong, Asrama H Abdullah dan Asrama At Tudmudzi di Kampung Getekan, Asrama As Safinah dan Asraman Kastamah di Kampung Kabupaten, Asrama Ar Rodhiyah-Aminah di Kampung Buk, Asrama Muhyidin di Kampung Kauman Barat dan Asrama As'ad Farida di Kampung Bangunharjo.
Sedangkan tempat mengaji berada di mushala Raudhatul Quran di Kampung Glondong. Kemudian, karena makin banyak santri yang belajar di pesantren ini, mereka memilih tinggal di rumah-rumah penduduk di sekitar pesantren.
Prioritas kurikulum yang ada di pesantren ini adalah menghafal Alquran. Sebagai pondok pesantren salaf (tradisional), santri yang menetap di asrama tidak diperbolehkan melakukan kegiatan rutin selain mengaji Alquran dan kitab-kitab klasik.
Santri yang menetap tidak diperbolehkan sekolah, kuliah, ataupun bekerja. Meski begitu, pesantren
menyediakan pendidikan keterampilan yang bermanfaat sebagai bekal hidup seperti menjahit, beternak, dan sejumlah ketrampilan lain.
Para santri harus setor hafalannya kepada para ustad tiga kali sehari. Mereka menghafal langsung di depan guru, yang disebut sistem sorogan.
Waktu yang diberikan kepada santri tidak banyak untuk menghapal Alquran, yaitu sekitar 3-4 tahun. Setelah lulus, para santri biasanya melanjutkan pendidikan formal atau mengamalkan ilmunya di kampung halamannya.
Standar pendidikan di pesantren ini terbilang ketat. Hanya kepada santri-santri yang bagus bacaannya yang mendapat ijazah dan menyandang titel Al-Hafidz.
Pesantren yang didirikan oleh KH Abdullah pada 1943 ini awalnya tak memiliki asrama. Para santri tinggal di tanah-tanah wakaf yang berada di beberapa lokasi terpisah yaitu Asrama Raudhatul Quran di Kampung Glondong, Asrama H Abdullah dan Asrama At Tudmudzi di Kampung Getekan, Asrama As Safinah dan Asraman Kastamah di Kampung Kabupaten, Asrama Ar Rodhiyah-Aminah di Kampung Buk, Asrama Muhyidin di Kampung Kauman Barat dan Asrama As'ad Farida di Kampung Bangunharjo.
Sedangkan tempat mengaji berada di mushala Raudhatul Quran di Kampung Glondong. Kemudian, karena makin banyak santri yang belajar di pesantren ini, mereka memilih tinggal di rumah-rumah penduduk di sekitar pesantren.
Fasilitas untuk menghafal Al Qur’an
Fasilitas yang mendukung kemampuan Santri untuk menghafal Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang antara lain adalah asrama pondok, aula, ruang belajar untuk setoran hafalan, mushola, dan dekat masjid agung Kauman Semarang. Para ustadz/ kyai selalu memberikan motivasi dan wejangan untuk mendukung kemampuan Santri menghafal Al Qur’an dan memeritahkan santri untuk rajin tadarus. Adapun yang dilakukan sendiri untuk mendukung kemampuan Santri santri menghafal Al Qur’an di antaranya melakukan tadarus setiap hari minimal 10 juz, melakkan shalat malam, tadarus pada malam hari sekitar jam 3 dini hari, dan shalat-shalat sunnah.
Otomatisasi hafalan oleh siswa dalam menghafal Al Qur’an
Program menghafal Al Qur’an merupakan program yang wajib dijalankan oleh santri-santri pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang.
Sebagaimana telah ditentukan, sebagian besar waktu digunakan hanya untuk menghafal Al Qur’an, tanpa dicampuri dengan pekerjaan lain kecuali belajar ilmu-ilmu berdasarkan kurikulum pesantren. Dalam hal ini, waktu untuk menghafal Al Qur’an paling dominan karena hampir seluruh waktu digunakan untuk menghafal Al Qur’an.
Program khusus menghafal Al Qur’an tersebut dibagi dalam dua tahap yaitu program satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun. Dalam program satu tahun, materi Tahfidzul Qur’an terdiri dari 30 juz, dan dibagi dalam 12 bulan dengan ketentuan setiap hari terus menghafal kecuali hari Ahad.
Kesulitan, hambatan, dan solusinya dalam menghafal Al Qur’an oleh Siswa
Kesulitan santri dalam menghafal Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang antara lain adanya ayat-ayat yang hampir sama atau ada kemiripan. Selain itu adalah ayat-ayat yang panjang. Dan tentu saja, semakin banyak hafalan, para santri juga harus bisa menjaga hafalan sehingga tidak hilang hafalan tersebut. Sedangkan menurut kyai, hambatan itu terjadi jika santri terlihat malas dan banyak bermain.
Hambatan dalam menghafal Al Qur’an bagi siswa yang tidak dipungkiri adalah lingkungan masyarakat berada di tengah keramaian kota.
Pertokoan-pertokoan. Hal ini merupakan hambatan yang cukup besar untuk menghafal Al Qur'an. Sampai saat ini tidak ada rencana dari pihak mesjid untuk memindah lokasi ke tempat yang lebih tenang jauh dari keramaian kota, karena keberadaan mesjid itu telah ada puluhan tahun yang lalu sebelum kota menjadi sangat ramai. Selain itu, dari segi ekonomi para siswa sering kekurangan karena kiriman dari orangtua terlambat dan kebutuhan hidup di kota sangat mahal dibandingkan kehidupan di desa.
Upaya siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu dengan memperhatikan dan mengulang-ulang ayat yang panjang dan yang hampir sama.
Upaya siswa dalam mengatasi hambatan dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, dalam masalah ekonomi antara lain: siswa mengajar ngaji privat di lingkungan luar mesjid, mengaji dan menghafal saat tidak ramai misalnya pada malam hari.
Upaya ustadz/kyai dalam mengatasi kesulitan siswa dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu dengan memberikan bimbingan atau taushiyah setiap Jumat pagi. Upaya ustadz/kyai dalam mengatasi hambatan siswa dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, dari segi ekonomi yaitu memberikan pekerjaan dan upah pada siswa yang mengalami kesulitan ekonomi.
Pembahasan dan Implikasi Dalam Bimbingan dan Konseling
Implikasi pembelajaran menghafal Al Qur’an bagi bimbingan dan konseling yaitu pada layanan penguasaan konten. Layanan Penguasaan Konten (PKO) merupakan layanan bantuan oleh individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan konten yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, hukum dan aturan, nilai,
persepsi, afeksi, sikap dan tindakan terkait didalamnya. Layanan penguasaan konten membantu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan.
Melalui layanan penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Dengan penguasaan konten yang dimaksud itu individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif (effective daily living).
Komponen layanan penguasaan konten adalah Konselor, individu atau klien dan konten yang menjadi isi layanan.
Konselor
Konselor adalah tenaga ahli pelayanan konseling, penyelenggara layanan PKO dengan menggunakan berbagai modus dan media layanannya. Konselor menguasai konten yang menjadi isi layanan PKO yang diselanggarakannya.
Individu
Konselor menyelenggarakan layanan PKO terhadap seorang atau sejumlah individu yang memerlukan penguasaan atas konten yang menjadi isi layanan.
Individu adalah subjek yang meneriman layanan, sedangkan Konselor adalah pelaksana layanan. Individu penerima layanan PKO dapat merupakan peserta didik (siswa disekolah), klien yang secara khusus memerlukan bantuan konselor, atau siapapun yang memerlukan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan tuntutan perkembangan dan/atau kehidupannya.
Konten
Konten merupakan isi layanan PKO, yaitu satu unit materi yang menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh Konselor dan diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan. Konten PKO dapat diangkat dari bidang-bidang :
a. Pengembangan kehidupan pribadi
b. Pengembangan kemampuan hubungan sosial
c. Pengembangan kegiatan belajar
d. Pengembangan dan perencanaan karir
e. Pengembangan kehidupan berkeluarga
f. Pengembangan kehidupan beragama
Berkenaan dengan semua bidang pelayanan dimaksudkan dapat diambil dan dikembangkan berbagai hal yang kemudian menjadi topik atau pokok bahasan, bahan latihan, dan/atau kegiatan yang diikuti oleh peserta pelayanan PKO. Konten dalam PKO itu sangat bervariasi, baik dalam bentuk, materi, dan acuannya. Acuan yang dimaksud itu dapat terkait dengan tugas perkembangan peserta didik; kegiatan dan hasil belajar nilai, moral dan tatakrama pergaulan; peraturan dan disiplin, bakat, minat, dan berkeluarga; dan secara khusus permasalahan atau klien.
Kegiatan spesifik siswa tersebut di atas menunjukkan kuatnya semangat dan motivasi belajar, tekun, dan disiplin. Aplikasi dalam konteks bimbingan dan konseling yaitu dalam kegiatan bimbingan belajar, yaitu dengan menumbuhkan motivasi belajar tidak semata-mata tujuan materi, tetapi juga yang bersifat ukhrowi, yaitu kehidupan masa depan yang lebih cerah di akherat.
Bimbingan belajar merupakan bidang bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam praktiknya, para ustadz dan kyai memberikan bimbingan kepada para siswa agar siswa mampu mengembangkan diri secara nyata yaitu memiliki hafalan Al Qur’an secara benar tanpa mengalami kesalahan sedikitpun. Guna mencapai tujuan tersebut, kyai membimbing para siswa agar memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, diawali dengan rasa tulus ikhlas dalam belajar menghafal Al Qur’an untuk mencari ridho Allah, berniat ibadah agar amal usahanya berpahala. Ustadz dan kyai memotivasi para siswa dengan ayat Al Qur’an dan Hadits tentang keutamaan menghafal Al Qur’an hingga kehidupan di akhirat kelak. Hal inilah yang membedakan motivasi belajar secara umum dan motivasi belajar menghafal Al Qur’an dan pelajaran agama.
Dalam pelajaran umum, motivasi belajar semata-mata untuk tujuan kehidupan dunia, baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri.
Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban,
b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan,
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan,
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial,
e. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting,
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administratif.
Motivasi intrinsik; kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar karena :
a. Ingin mengetahui seluk –beluk suatu masalah,
b. Ingin menjadi orang yang terdidik,
c. Ingin menjadi ahli di bidang studi tertentu,
d. Ingin menjadi orang yang kaya ilmu.
Berikut adalah beberapa solusi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan menghafal pelajaran, sebagaimana para siswa menghafal Al Qur’an.
a. Atensi (Perhatian)
Saat siswa memberi perhatian (atensi) lebih terhadap sesuatu, hal ini akan membuat siswa lebih mudah berkonsentrasi. Infomasi yang menurut siswa tidak penting atau tidak ada relevansinya, tidak akan menarik minat siswa sehingga informasi itu tidak akan mendapat perhatian khusus. Ini disebabkan otak dalam satu waktu memproses bagitu banyak informasi. Jadi, hanya informasi yang dianggap penting saja yang akan diperhatikan oleh otak
b. Konsentrasi
Hal ini berkaitan dengan hal berapa lama siswa mampu berkonsentrasi. Dalam kondisi yang bagaimana siswa mampu berkonsentrasi, karena ada kaitannya antara mengingat dan konsentrasi.
Pada pembelajaran formal, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi sebagian besar hanya menitikberatkan pada perberdayaan potensi pikiran sadar semata. Padahal, potensi pikiran bawah sadar menurut penelitian para ahli bidang kognitif jauh lebih besar dibandingkan potensi pikiran sadar. Ketimpangan ini dapat mengarahkan pada kemungkinan terjadinya ketidakoptimalan proses belajar yang berakibat pada kegagalan belajar.
1. Motivasi siswa untuk menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, berasal dari keluarga khususnya orang tua, teman-teman sekolah atau sesama siswa, guru, serta kyai pondok pesantren.
2. Pengetahuan dan pemahaman arti atau makna Al-Qur’an oleh siswa didapatkan dari pembelajaran Tafsir Al Qur’an dari kitab Jalalain dan Tafsir Ibnu Katrsier sebagai kitab rujukan memahami Al Qur’an dan Ilmu Nahwu dan Sharaf. Pembelajaran Tafsir ini tidak didapatkan di sekolah-sekolah umum. Dengan pemahaman ilmu ini, santri bersikap tawadhu dan ikhlas dalam menghafal Al Qur’an dan menjaga hati, lisan, dan perbuatan dari berbuat maksiat agar terjaga hafalannya.
3. Pengaturan dalam menghafal Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang yaitu mengaji 3 kali sehari, sema’an (membaca dan mendengarkan) Al Qur'an dengan sesama siswa untuk saling membandingkan hafalan, muroja’ah (mengulang-ulang hafalan ) dan musabahah (membaguskan bacaan) dengan cara mengaji di depan guru atau kyai. Target dalam menghafal Al Qur’an yaitu khatam dalam waktu 3 tahun.
4. Fasilitas yang mendukung kemampuan Anda untuk menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, antara lain adalah aula, ruang belajar untuk setoran hafalan, mushola, dan masjid.
5. Otomatisasi hafalan Al Qur’an Anda dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu siswa menghafalkan ayat demi ayat, menambah hafalan setiap hari 1-2 halaman, tadarus (membaca dan mempelajari) dan muroja’ah (pengulangan hafalan) Al Qur’an dalam menghafal Al Qur’an yaitu dengan tadarus hingga 10 juz per hari sehingga memiliki otomatisasi hafalan dalam menghafal Al Qur’an.
6. Kesulitan siswa dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, antara lain ketika menghafal ayat-ayat yang hampir sama atau ada kemiripan dan ayat-ayat yang panjang. Hambatan dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, bagi siswa yaitu lingkungan mesjid berada di tengah keramaian kota, di wilayah Kauman berada tepat di pusat perekonomian kota yaitu pasar, pertokoan-pertokoan. Selain itu, dari segi ekonomi para siswa sering kekurangan karena kiriman dari orangtua terlambat dan kebutuhan hidup di kota sangat mahal dibandingkan kehidupan di desa. Upaya siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu dengan memperhatikan dan mengulang-ulang ayat-ayat yang panjang dan yang hampir sama.
7. Menghafal termasuk dimensi proses remember (mengingat). Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan isi bacaan Al Qur’an, orang yang berada di level ini bisa mengingat dengan baik bacaan Al Qur’an sesuai isi teks secara urut kata demi kata, kalimat demi kalimat tanpa kesalahan sedikitpun. Dalam hal ini siswa mampu mengingat berbagai informasi yang meliputi: definisi, daftar surat Al Qur’an, memasukkan dalam memori ingatan, mengungkapkan ingatan dalam bentuk bacaan secara tepat, mengulang kembali pada saat itu maupun pada saat yang lain.
8. Aplikasi mengahafal Al Qur’an yang dilakukan siswa di Raudhatul Qur’an Kauman, Searang dalam bimbingan dan konseling yaitu pada kegiatan layanan bimbingan belajar. Untuk itulah perlu pendekatan bimbingan belajar dengan tujuan :
a. mengenali jati diri, siapa sebenarnya diri kita dan untuk apa kita diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta,
b. Menyeimbangkan kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual (seimbang antara IQ, EQ dan SQ) agar hidup bahagia dan harmonis,
c. Meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kepercayaan diri,
d. Menyeimbangkan otak kiri-kanan, melejitkan daya ingat hingga beberapa kali lipat dari semula,
e. Menumbuhkan keberanian berbicara, agar tidak canggung lagi untuk berbicara di depan umum.
9. Faktor-faktor pendukung kemampuan siswa dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, meliputi: motivasi siswa, pengetahuan dan pemahaman tentang Al-Qur’an oleh siswa, pengaturan dalam menghafal Al Qur’an, fasilitas untuk menghafal Al Qur’an, dan proses otomatisasi (muraja’ah) hafalan oleh siswa dalam menghafal Al Qur’an.
Sumber:
http://belajartanpabuku.blogspot.co.id/2013/03/fasilitas-untuk-menghafal-al-quran.html
http://hot.detik.com/read/2013/07/16/100207/2303833/1523/raudhatul-quran-semarang-pesantrennya-para-penghafal-kitab-suci
Fasilitas yang mendukung kemampuan Santri untuk menghafal Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang antara lain adalah asrama pondok, aula, ruang belajar untuk setoran hafalan, mushola, dan dekat masjid agung Kauman Semarang. Para ustadz/ kyai selalu memberikan motivasi dan wejangan untuk mendukung kemampuan Santri menghafal Al Qur’an dan memeritahkan santri untuk rajin tadarus. Adapun yang dilakukan sendiri untuk mendukung kemampuan Santri santri menghafal Al Qur’an di antaranya melakukan tadarus setiap hari minimal 10 juz, melakkan shalat malam, tadarus pada malam hari sekitar jam 3 dini hari, dan shalat-shalat sunnah.
Otomatisasi hafalan oleh siswa dalam menghafal Al Qur’an
Program menghafal Al Qur’an merupakan program yang wajib dijalankan oleh santri-santri pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang.
Sebagaimana telah ditentukan, sebagian besar waktu digunakan hanya untuk menghafal Al Qur’an, tanpa dicampuri dengan pekerjaan lain kecuali belajar ilmu-ilmu berdasarkan kurikulum pesantren. Dalam hal ini, waktu untuk menghafal Al Qur’an paling dominan karena hampir seluruh waktu digunakan untuk menghafal Al Qur’an.
Program khusus menghafal Al Qur’an tersebut dibagi dalam dua tahap yaitu program satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun. Dalam program satu tahun, materi Tahfidzul Qur’an terdiri dari 30 juz, dan dibagi dalam 12 bulan dengan ketentuan setiap hari terus menghafal kecuali hari Ahad.
Kesulitan, hambatan, dan solusinya dalam menghafal Al Qur’an oleh Siswa
Kesulitan santri dalam menghafal Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang antara lain adanya ayat-ayat yang hampir sama atau ada kemiripan. Selain itu adalah ayat-ayat yang panjang. Dan tentu saja, semakin banyak hafalan, para santri juga harus bisa menjaga hafalan sehingga tidak hilang hafalan tersebut. Sedangkan menurut kyai, hambatan itu terjadi jika santri terlihat malas dan banyak bermain.
Hambatan dalam menghafal Al Qur’an bagi siswa yang tidak dipungkiri adalah lingkungan masyarakat berada di tengah keramaian kota.
Pertokoan-pertokoan. Hal ini merupakan hambatan yang cukup besar untuk menghafal Al Qur'an. Sampai saat ini tidak ada rencana dari pihak mesjid untuk memindah lokasi ke tempat yang lebih tenang jauh dari keramaian kota, karena keberadaan mesjid itu telah ada puluhan tahun yang lalu sebelum kota menjadi sangat ramai. Selain itu, dari segi ekonomi para siswa sering kekurangan karena kiriman dari orangtua terlambat dan kebutuhan hidup di kota sangat mahal dibandingkan kehidupan di desa.
Upaya siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu dengan memperhatikan dan mengulang-ulang ayat yang panjang dan yang hampir sama.
Upaya siswa dalam mengatasi hambatan dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, dalam masalah ekonomi antara lain: siswa mengajar ngaji privat di lingkungan luar mesjid, mengaji dan menghafal saat tidak ramai misalnya pada malam hari.
Upaya ustadz/kyai dalam mengatasi kesulitan siswa dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu dengan memberikan bimbingan atau taushiyah setiap Jumat pagi. Upaya ustadz/kyai dalam mengatasi hambatan siswa dalam menghafal Al Qur’an di mesjid Raudhatul Qur’an Kauman, dari segi ekonomi yaitu memberikan pekerjaan dan upah pada siswa yang mengalami kesulitan ekonomi.
Pembahasan dan Implikasi Dalam Bimbingan dan Konseling
Implikasi pembelajaran menghafal Al Qur’an bagi bimbingan dan konseling yaitu pada layanan penguasaan konten. Layanan Penguasaan Konten (PKO) merupakan layanan bantuan oleh individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu merupakan konten yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, hukum dan aturan, nilai,
persepsi, afeksi, sikap dan tindakan terkait didalamnya. Layanan penguasaan konten membantu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan.
Melalui layanan penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Dengan penguasaan konten yang dimaksud itu individu yang bersangkutan lebih mampu menjalani kehidupannya secara efektif (effective daily living).
Komponen layanan penguasaan konten adalah Konselor, individu atau klien dan konten yang menjadi isi layanan.
Konselor
Konselor adalah tenaga ahli pelayanan konseling, penyelenggara layanan PKO dengan menggunakan berbagai modus dan media layanannya. Konselor menguasai konten yang menjadi isi layanan PKO yang diselanggarakannya.
Individu
Konselor menyelenggarakan layanan PKO terhadap seorang atau sejumlah individu yang memerlukan penguasaan atas konten yang menjadi isi layanan.
Individu adalah subjek yang meneriman layanan, sedangkan Konselor adalah pelaksana layanan. Individu penerima layanan PKO dapat merupakan peserta didik (siswa disekolah), klien yang secara khusus memerlukan bantuan konselor, atau siapapun yang memerlukan penguasaan konten tertentu demi pemenuhan tuntutan perkembangan dan/atau kehidupannya.
Konten
Konten merupakan isi layanan PKO, yaitu satu unit materi yang menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh Konselor dan diikuti atau dijalani oleh individu peserta layanan. Konten PKO dapat diangkat dari bidang-bidang :
a. Pengembangan kehidupan pribadi
b. Pengembangan kemampuan hubungan sosial
c. Pengembangan kegiatan belajar
d. Pengembangan dan perencanaan karir
e. Pengembangan kehidupan berkeluarga
f. Pengembangan kehidupan beragama
Berkenaan dengan semua bidang pelayanan dimaksudkan dapat diambil dan dikembangkan berbagai hal yang kemudian menjadi topik atau pokok bahasan, bahan latihan, dan/atau kegiatan yang diikuti oleh peserta pelayanan PKO. Konten dalam PKO itu sangat bervariasi, baik dalam bentuk, materi, dan acuannya. Acuan yang dimaksud itu dapat terkait dengan tugas perkembangan peserta didik; kegiatan dan hasil belajar nilai, moral dan tatakrama pergaulan; peraturan dan disiplin, bakat, minat, dan berkeluarga; dan secara khusus permasalahan atau klien.
Kegiatan spesifik siswa tersebut di atas menunjukkan kuatnya semangat dan motivasi belajar, tekun, dan disiplin. Aplikasi dalam konteks bimbingan dan konseling yaitu dalam kegiatan bimbingan belajar, yaitu dengan menumbuhkan motivasi belajar tidak semata-mata tujuan materi, tetapi juga yang bersifat ukhrowi, yaitu kehidupan masa depan yang lebih cerah di akherat.
Bimbingan belajar merupakan bidang bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam praktiknya, para ustadz dan kyai memberikan bimbingan kepada para siswa agar siswa mampu mengembangkan diri secara nyata yaitu memiliki hafalan Al Qur’an secara benar tanpa mengalami kesalahan sedikitpun. Guna mencapai tujuan tersebut, kyai membimbing para siswa agar memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik, diawali dengan rasa tulus ikhlas dalam belajar menghafal Al Qur’an untuk mencari ridho Allah, berniat ibadah agar amal usahanya berpahala. Ustadz dan kyai memotivasi para siswa dengan ayat Al Qur’an dan Hadits tentang keutamaan menghafal Al Qur’an hingga kehidupan di akhirat kelak. Hal inilah yang membedakan motivasi belajar secara umum dan motivasi belajar menghafal Al Qur’an dan pelajaran agama.
Dalam pelajaran umum, motivasi belajar semata-mata untuk tujuan kehidupan dunia, baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri.
Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban,
b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan,
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan,
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial,
e. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting,
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administratif.
Motivasi intrinsik; kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar karena :
a. Ingin mengetahui seluk –beluk suatu masalah,
b. Ingin menjadi orang yang terdidik,
c. Ingin menjadi ahli di bidang studi tertentu,
d. Ingin menjadi orang yang kaya ilmu.
Berikut adalah beberapa solusi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan menghafal pelajaran, sebagaimana para siswa menghafal Al Qur’an.
a. Atensi (Perhatian)
Saat siswa memberi perhatian (atensi) lebih terhadap sesuatu, hal ini akan membuat siswa lebih mudah berkonsentrasi. Infomasi yang menurut siswa tidak penting atau tidak ada relevansinya, tidak akan menarik minat siswa sehingga informasi itu tidak akan mendapat perhatian khusus. Ini disebabkan otak dalam satu waktu memproses bagitu banyak informasi. Jadi, hanya informasi yang dianggap penting saja yang akan diperhatikan oleh otak
b. Konsentrasi
Hal ini berkaitan dengan hal berapa lama siswa mampu berkonsentrasi. Dalam kondisi yang bagaimana siswa mampu berkonsentrasi, karena ada kaitannya antara mengingat dan konsentrasi.
Pada pembelajaran formal, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi sebagian besar hanya menitikberatkan pada perberdayaan potensi pikiran sadar semata. Padahal, potensi pikiran bawah sadar menurut penelitian para ahli bidang kognitif jauh lebih besar dibandingkan potensi pikiran sadar. Ketimpangan ini dapat mengarahkan pada kemungkinan terjadinya ketidakoptimalan proses belajar yang berakibat pada kegagalan belajar.
1. Motivasi siswa untuk menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, berasal dari keluarga khususnya orang tua, teman-teman sekolah atau sesama siswa, guru, serta kyai pondok pesantren.
2. Pengetahuan dan pemahaman arti atau makna Al-Qur’an oleh siswa didapatkan dari pembelajaran Tafsir Al Qur’an dari kitab Jalalain dan Tafsir Ibnu Katrsier sebagai kitab rujukan memahami Al Qur’an dan Ilmu Nahwu dan Sharaf. Pembelajaran Tafsir ini tidak didapatkan di sekolah-sekolah umum. Dengan pemahaman ilmu ini, santri bersikap tawadhu dan ikhlas dalam menghafal Al Qur’an dan menjaga hati, lisan, dan perbuatan dari berbuat maksiat agar terjaga hafalannya.
3. Pengaturan dalam menghafal Al Qur’an di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman, Kota Semarang yaitu mengaji 3 kali sehari, sema’an (membaca dan mendengarkan) Al Qur'an dengan sesama siswa untuk saling membandingkan hafalan, muroja’ah (mengulang-ulang hafalan ) dan musabahah (membaguskan bacaan) dengan cara mengaji di depan guru atau kyai. Target dalam menghafal Al Qur’an yaitu khatam dalam waktu 3 tahun.
4. Fasilitas yang mendukung kemampuan Anda untuk menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, antara lain adalah aula, ruang belajar untuk setoran hafalan, mushola, dan masjid.
5. Otomatisasi hafalan Al Qur’an Anda dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu siswa menghafalkan ayat demi ayat, menambah hafalan setiap hari 1-2 halaman, tadarus (membaca dan mempelajari) dan muroja’ah (pengulangan hafalan) Al Qur’an dalam menghafal Al Qur’an yaitu dengan tadarus hingga 10 juz per hari sehingga memiliki otomatisasi hafalan dalam menghafal Al Qur’an.
6. Kesulitan siswa dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, antara lain ketika menghafal ayat-ayat yang hampir sama atau ada kemiripan dan ayat-ayat yang panjang. Hambatan dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, bagi siswa yaitu lingkungan mesjid berada di tengah keramaian kota, di wilayah Kauman berada tepat di pusat perekonomian kota yaitu pasar, pertokoan-pertokoan. Selain itu, dari segi ekonomi para siswa sering kekurangan karena kiriman dari orangtua terlambat dan kebutuhan hidup di kota sangat mahal dibandingkan kehidupan di desa. Upaya siswa dalam mengatasi kesulitan dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, yaitu dengan memperhatikan dan mengulang-ulang ayat-ayat yang panjang dan yang hampir sama.
7. Menghafal termasuk dimensi proses remember (mengingat). Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan isi bacaan Al Qur’an, orang yang berada di level ini bisa mengingat dengan baik bacaan Al Qur’an sesuai isi teks secara urut kata demi kata, kalimat demi kalimat tanpa kesalahan sedikitpun. Dalam hal ini siswa mampu mengingat berbagai informasi yang meliputi: definisi, daftar surat Al Qur’an, memasukkan dalam memori ingatan, mengungkapkan ingatan dalam bentuk bacaan secara tepat, mengulang kembali pada saat itu maupun pada saat yang lain.
8. Aplikasi mengahafal Al Qur’an yang dilakukan siswa di Raudhatul Qur’an Kauman, Searang dalam bimbingan dan konseling yaitu pada kegiatan layanan bimbingan belajar. Untuk itulah perlu pendekatan bimbingan belajar dengan tujuan :
a. mengenali jati diri, siapa sebenarnya diri kita dan untuk apa kita diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta,
b. Menyeimbangkan kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual (seimbang antara IQ, EQ dan SQ) agar hidup bahagia dan harmonis,
c. Meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kepercayaan diri,
d. Menyeimbangkan otak kiri-kanan, melejitkan daya ingat hingga beberapa kali lipat dari semula,
e. Menumbuhkan keberanian berbicara, agar tidak canggung lagi untuk berbicara di depan umum.
9. Faktor-faktor pendukung kemampuan siswa dalam menghafal Al Qur’an di Raudhatul Qur’an Kauman, meliputi: motivasi siswa, pengetahuan dan pemahaman tentang Al-Qur’an oleh siswa, pengaturan dalam menghafal Al Qur’an, fasilitas untuk menghafal Al Qur’an, dan proses otomatisasi (muraja’ah) hafalan oleh siswa dalam menghafal Al Qur’an.
Sumber:
http://belajartanpabuku.blogspot.co.id/2013/03/fasilitas-untuk-menghafal-al-quran.html
http://hot.detik.com/read/2013/07/16/100207/2303833/1523/raudhatul-quran-semarang-pesantrennya-para-penghafal-kitab-suci
berikut adalah video profil salah satu asrama Kauman kampung Qur'an yaitu Ponpes Raudhotul Qur'an.Warga Kauman berusia 25 tahun ke atas, hampir dipastikan pernah mengaji Alquran di pondok ini. Baik para sayid/habib (trah Nabi Muhammad SAW), warga keturunan Arab, maupun penduduk awam sekitarnya.
Warga sekitar mengaji kepada para ustad maupun kepada pengasuh, kiai Khamad Ma’sum dan Kiai Abdurrohman.
Para santri justru sedikit yang tinggal di pondok. Sebab selain tidak tersedia gothakan (bilik santri) di sekitar rumah pengasuh, juga karena lebih banyak yang nglaju.. Sekarang ada 150 santri mukim. Mayoritas dari luar Kota Semarang. Seperti Demak, Grobogan, Jepara, Ungaran dan Kendal. Kebanyakan berusia antara 15 tahun hingga 20 tahun.
Tidak adanya bilik santri bukan berarti tiada asrama. Karena santri bermukim di rumahrumah warga yang telah diwakafkan kepada pondok. Jadilah asrama santri menyatu dengan masyarakat.